Foto udara erupsi Gunung Anak Krakatau/ANT/Nurul
Jakarta: Kaki Gunung Anak Krakatau longsor. Fenomena tersebut memicu perubahan pada bentuk gunung yang memiliki ketinggian 2.667 kaki itu.

"Kasus Anak Krakatau itu berikutnya tetap bergerak tapi pelan. Mungkin bentuk Anak Krakatau ini akan berubah. Karena dia akan menyesuaikan dengan kehilangan kaki," kata Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdomopurbo saat dikonfirmasi, Rabu, 26 Desember 2018.

Antonius menjelaskan Gunung Anak Krakatau terbangun dari dua jenis batuan, batuan strombolian (semburan lava pijar dari magma yang dangkal) dan lava pijar yang menjadi batu keras. Bebatuan keras itu hanya berada di arah tenggara gunung, selebihnya hanya berisi bebatuan lepas atau talus.

"Bawahnya Krakatau itu kan tersusun dari material lepas. Kalau itu longsor salah satu seperti diambil kakinya," tegas dia.

Antonius menegaskan longsor bukan berasal dari aliran erupsi. Longsor di kaki Gunung Anak Krakatau disebabkan tiga faktor, yakni gempa bumi, materialnya lepas, dan hujan.

"Kalau Anak Krakatau saja harusnya longsor di puncak, bukan di kaki. Tapi kalau satu diambil kakinya pasti melorot yang lain, mudah-mudahan melorotnya pelan-pelan," harap Antonius.

Disisi lain, Gunung Anak Krakatau berkali-kali mengalami erupsi. Abu hasil erupsi yang terjadi hampir 20 detik sekali itu dilaporkan sudah sampai ke Kota Cilegon, Banten. Suara gelegar pun kerap terdengar seiring kemunculan debu.

"Tiap gelegar itu proses magma keluar di puncak," ucap Antonius.
Loading the player ...
Musik Ilustrasi :
Oleh : Penulis - Narasumber
Sumber : Link Sumber

Post a Comment

SILAHKAN BERKOMENTAR

Lebih baru Lebih lama