Saya lahir dari satu keluarga sederhana di kota kecil, hampir 45 tahun
yang lalu. Saya anak ke 6 dari 7 bersaudara.
Dengan anggota keluarga sebanyak 9 orang (ditambah orang tua), kami tinggal di rumah dengan 3 kamar tidur. Satu kamar untuk orang tua, satu kamar untuk anak laki2 dan satu kamar untuk anak perempuan.
Dengan anggota keluarga sebanyak 9 orang (ditambah orang tua), kami tinggal di rumah dengan 3 kamar tidur. Satu kamar untuk orang tua, satu kamar untuk anak laki2 dan satu kamar untuk anak perempuan.
Rumah kami tidak bertingkat, tapi ranjang kami yang bertingkat. Dengan
personel sebanyak itu, bisa dibayangkan ramainya barang2 dan kekacauan
yang terjadi saat kami bangun pagi dan bersiap2 untuk ke sekolah.
Sejak itu pula saya berpikir, kalau besar dan punya uang, saya akan punya rumah besar dan bertingkat. Supaya kalau saya punya anak, kondisinya tidak seribet ini.
Sejak itu pula saya berpikir, kalau besar dan punya uang, saya akan punya rumah besar dan bertingkat. Supaya kalau saya punya anak, kondisinya tidak seribet ini.
Sejalan dengan waktu, banyak hal yang saya jumpa dan alami yang merubah
pikiran saya terkait rumah bertingkat. Ada keluarga yang punya rumah
besar dan bertingkat, tapi hanya dihuni
pembantunya. Karena anak pemilik sudah punya rumah sendiri dan
pemiliknya sering di luar kota.
Ada juga rumah besar, yang hanya
ditempati suami istri. Anak2 sudah kuliah di luar kota, dan pulang satu
atau 2 kali saja dalam setahun.
Di sisi lain, ada juga keluarga yang punya rumah tidak besar, tapi masih bisa hidup bahagia. Apalagi saat ini sudah banyak keluarga dengan satu atau 2 anak saja. Kenapa harus punya rumah bertingkat dengan banyak kamar kalau anak cuma 2 ? Siapa yang akan menempati rumah kalau anak sudah kuliah di kota lain??
Bagi saya, ranjang bertingkat lebih baik dibanding rumah
besar yang bertingkat. Ranjang bertingkat, membuat anggota keluarga bisa
berinteraksi. Ngobrol, berantem dan bisa saling mengawasi. Kamar banyak
membuat interaksi berkurang. Apalagi saat sekarang dimana
anak2 lebih memilih mengurung diri di kamar dengan gadget dan WiFi.
Saya juga membayangkan saat saya dan istri sudah tua. Di saat badan
sudah menua, dan berjalan mulai susah, apakah saya masih mau berpikir
untuk naik tangga? Ke toilet aja susah, apalagi naik ke lantai 2 untuk sekedar mengambil sesuatu.
Selain pemanfaatan ruangan, alasan biaya pembangunan juga jadi pertimbangan saya 😄.
Nggak ada duit, jujur aja. Tapi kemarin saya dapat masukan dari seorang
teman. "Pak, kalau ada uang lebih, ajak keluarga travelling. Tidak
harus ke luar negeri. Sesuai budget lah".
Dalam pikiran saya, benar juga. Siapkan dana untuk kebutuhan, sisanya nambah wawasan.
Kalau ada uang lebih, ngapain nambah ruangan atau lantai rumah. Mendingan untuk jalan2. Live life to the fullest.
Kalau ada uang lebih, ngapain nambah ruangan atau lantai rumah. Mendingan untuk jalan2. Live life to the fullest.
Tapi ini pandangan saya. Kalau teman2 punya budget dan pingin atau
sudah punya rumah besar dan bertingkat, tidak ada yang salah. Teman2
bisa berpendapat beda. Namanya juga sharing.
Ranjang bertingkat? Atau Rumah bertingkat?
Sumber : Link Sumber
إرسال تعليق
SILAHKAN BERKOMENTAR